[Fiksi Uniek] Princess Reena




“Sudah menjerang air untukku, Reena?”

“Karpetnya sudah dibersihkan? Baju-baju sudah ditata dengan baik?”

“Air panasnya mana? Aku mau mandi nih.”


Semua pertanyaan itu terasa bising sekali di telingaku. Setiap hari, setiap waktu, tidak pagi tidak malam, semua orang menuntutku menyelesaikan aneka pekerjaan itu.

Kuseka keringat yang telah membanjir di dahi. Panasnya tungku perapian di dapur ini sungguh membuatku seakan-akan meleleh. Tak habis-habisnya pekerjaanku di situ.

“Reena, kenapa bengong saja, taplak meja di sudut rumah hampir koyak digigit Womba. Sana cepat bereskan,” perintah Nyonya Dominic.

Segera kuberlari ke arah meja yang ditunjuk Nyonya Dominic. Kulihat Womba, kucing kuning berbulu tebal yang merupakan peliharaan keluarga Harvey ini sedang asyik bermain dengan ujung taplak meja yang menjulur ke bawah.

“Sini Womba, ayo ikut princess ke dapur,” bisikku secara rahasia kepada Womba. Tak seorang pun boleh mendengar aku memanggil diriku sendiri dengan panggilan princess.

Nancy, Henrietta dan Marry, ketiga putri Nyonya Dominic sangat tidak menyukaiku. Aku tidak tau apa alasannya, padahal aku tak pernah berbuat salah ataupun menyakiti hati mereka. Sejak dad dan mom tidak ada, semua posisi berbalik. Nyonya Dominic yang tadinya menjadi pengasuhku kini justru menjadikanku pelayan di rumahku sendiri. Dia membawa serta ketiga putrinya yang tadinya tinggal di desa lain untuk ikut menetap bersamanya.

Kali ini ketiga gadis itu menatapku dengan jengkel saat Womba menurut dan patuh padaku, membuntutiku ke dapur. Womba sebenarnya peliharaan mereka, namun karena mereka kasar dan kurang perhatian, Womba lebih memilih bermain denganku. Itu mungkin penyebab mereka tidak suka padaku.

Kubuatkan Womba sekaleng susu hangat dan sepiring ikan kesukaannya. Setelah Womba asyik dengan ikannya, air panas matang, teh hangat sudah siap terhidang di meja keluarga, baju-baju tertata rapi, kini aku menyapu halaman sembari melihat kastil indah di kejauhan.


sumber foto : Lamudi.co.id

Kastil dari batu-batu cantik itu adalah tempat tinggal Pangeran Robert. Dulu dad pernah membawaku ke sana, bertemu dengan pangeran dan kedua orang tuanya, Raja Herbert dan Ratu Elaine. Dad bukan bangsawan, namun kerja kerasnya sebagai pedagang dan pembuat barang-barang dari keramik bermutu lah yang membuatnya sering diundang ke istana. Raja dan Ratu gemar menghiasi kastil itu dengan karya-karya Dad.

Pangeran Robert saat menginjak remaja memutuskan untuk bertualang ke seluruh penjuru Eropa, meninggalkan Raja dan Ratu yang telah bertahun-tahun ini cemas menunggu. Aku juga tak pernah mendengar kabarnya lagi. Apalagi setelah mom dan dad wafat, otomatis tidak ada kesempatan lagi berkunjung ke kastil indah tadi.

“Reena, cepatlah sedikit menyapunya. Kami butuh bantuanmu. Kami akan berbelanja ke pusat kota, membeli gaun dan perhiasan. Gaun yang lama sudah jelek semua,” cerocos Henrietta dari ambang pintu.

“Nanti kaubawakan barang-barang belanjaan kami ya.” 

Sepertinya ini bukan permohonan, tetapi perintah yang harus dijalankan. Aku tak berani membantah, karena setiap kali aku melawan Nyonya Dominic akan mengurungku di loteng yang pengap.

Sesampai di pusat kota, aku hanya bisa menyaksikan hilir mudiknya orang dengan terpesona. Sejak lima tahun yang lalu, aku sama sekali tak pernah pergi ke kota lagi. Ya, sejak kecelakaan naas yang merenggut nyawa dad dan mom itu. Nyonya Dominic mengurungku terus menerus di dalam rumah dan menjadikan aku pelayan keluarganya.

“Ini gaun yang berwarna biru bagus kan, Bu?” tanya Marry pada Nyonya Dominic.

“Ah, yang merah lebih menawan daripada yang biru,” seru Nancy.

“Tentu tidak, yang ungu lah yang paling bagus,” ganti Henrietta berkomentar sembari mematut gaun ungu di tangannya itu di depan cermin.

Aku hanya bisa mendengarkan suara-suara mereka dari balik pintu. Nyonya Dominic tak mengijinkanku masuk ke toko itu. Mungkin dia khawatir aku akan meminta gaun yang sama dengan putri-putrinya.

Braaakkk….

Tak tau darimana datangnya, tiba-tiba ada kotak kayu yang jatuh tepat di belakangku. Aku yang tadi sedang berusaha mengintip ke balik pintu dengan cepat berbalik. Kudapati kotak yang telah pecah dengan aneka patung batu berhamburan dari dalamnya.

Setelah pulih rasa kagetku, segera kubantu si pemilik kotak kayu itu memunguti patung-patung batu berukuran kecil yang tercecer kesana kemari. Kuulurkan beberapa patung yang telah kudapat kepada si pemilik kotak itu.

“Reena… betulkah engkau Reena, putri Tuan Robin?”

Ah, kaget sekali aku, siapa dia, kok bisa tau nama dad. Kupandang dengan seksama lelaki yang tampaknya masih muda, namun wajahnya kotor oleh jenggot yang lebat. Mengapa aku tak juga bisa mengenalinya ya?

“Darimana anda tau kalau aku ini Reena, Tuan?” tanyaku penasaran.

Oh my God, for my father’s castle, kau sudah lupa denganku rupanya. Lihatlah dengan seksama, Reena. Aku mengenalimu dari matamu yang hijau indah dan liontin batu berbentuk merpati yang kaukenakan itu. Bukankah merpati tanda persahabatan itu dulu pemberianku?” Lelaki itu kini menyunggingkan senyumnya yang dulu sangat kukenal.

“Robert, benarkah itu kamu? Aku tak percaya. Aku…..”

Ucapanku terpotong oleh seruan Henrietta dari dalam toko.

“Reena, cepat masuk dan ambil belanjaan kami!”

“Maaf, Pangeran, permisi dulu.” 

Aku pun segera mengambil bungkusan besar dan berat dari dalam toko itu. Setelah itu dengan tergesa-gesa Nyonya Dominic beserta putri-putrinya keluar untuk menuju ke toko perhiasan. Aku mengikuti mereka dari belakang dengan sempoyongan. Bungkusan baju mereka ternyata luar biasa banyak. Takterpikirkan lagi untuk menoleh ke arah Pangeran Robert yang rupanya masih mengamatiku dari kejauhan dengan pandangan iba.

*******

“Heeiii... Kalian sudah dengar kabar terbaru? Pangeran Robert sudah pulang ke istana lhooo..." seru Henrietta dengan riang gembira.

"Seru sepertinya ya kalau kedatangan Pangeran Robert dirayakan. Pasti kita akan mendapatkan undangan juga untuk hadir ke kastil yang indah itu. Ya kan Ibuku tersayang?” tanya Nancy dengan manja ke arah Nyonya Dominic.

“Tentu sayang, putri-putri ibu yang cantik ini tentu akan diundang oleh Pangeran. Dia pasti akan terpesona oleh kecantikan kalian bertiga,” jawab Nyonya Dominic sembari tersenyum.

Terdengar ketukan di pintu. Siapa pula itu yang berkunjung di saat menjelang senja seperti ini.

“Reena, cepat kaubukakan pintu!” perintah Marry.

Segera kuhampiri pintu dan saat membukanya aku tertegun. Ada pengawal kerajaan yang mengantarkan undangan rupanya.

“Kami utusan Raja Herbert ingin menyampaikan undangan kepada para gadis cantik penghuni rumah ini. Raja akan mengadakan pesta penyambutan kedatangan Pangeran malam ini. Mohon segera bersiap-siap.”

Henrietta buru-buru merebut undangan itu dari tanganku dan tersenyum semanis mungkin kepada pengawal kerajaan.

“Terima kasih pengawal, kami tentu dengan senang hati akan datang ke sana. Daaaan….”

Eh, kenapa Henrietta tiba-tiba berhenti bicara dan tertegun. Ada apa?

Kuangkat Womba yang sedari tadi mengelilingi kakiku, kuelus dia perlahan-lahan sembari kulongokkan kepala ke arah pintu. Ada seorang pria tampan rupanya yang kini berdiri di depan pintu. Oh Tuhan, itu kan Robert. Jenggotnya telah dicukur dan kini dia tampak rapi. Dan tentunya tampan sekali. Pangeran tampan yang juga teman masa kecilku itu tersenyum hangat.

“Maaf bila mengagetkan. Aku Pangeran Robert, sengaja ikut pengawal datang kesini untuk menjemput Reena, sahabat masa kecilku. Kulihat tadi di pusat kota kalian berbelanja gaun dan perhiasan tanpa sempat membelikan yang sama untuk Reena. Untuk itulah aku datang untuk mengajaknya ke istana, ibunda ratu memiliki beberapa gaun dan perhiasan yang mungkin pantas dikenakan Reena di pesta malam nanti.”

Semua orang bengong menatap Pangeran Robert. Tak ada satu pun yang berkomentar. Entah karena mengagumi ketampanannya ataupun kaget oleh perkataannya tadi.

“Ayo Reena, jangan sampai Ibunda Ratu menunggu kita terlalu lama,” seru Pangeran Robert membuyarkan lamunanku.

Kupandang Nyonya Dominic dan ketiga putrinya yang kini menatap dengan pandangan penuh iri dan marah padaku. Aku bingung harus bagaimana.

“Sebaiknya kita harus bergegas, Reena. Permisi semua.” Pangeran Robert mengakhiri kebingunganku saat dia menarik tanganku dengan perlahan.

Kuturunkan Womba dari gendonganku sembari kubisikkan kembali kata-kata indah di antara kami berdua, “Womba, Princess Reena kali ini benar-benar akan pergi ke istana. Jaga dirimu baik-baik.”


---------------------

Fiksi ini sudah pernah tayang di akun Kompasiana. Ide dasarnya dari kisah Cinderella yang sudah tenar sekali di memori bocah kecil jadul. Plus ada rekues pembuatan artikel dengan menggunakan gambar istana/castle. Jadi deehh... Hayuuukk ngefiksi yuuukk..  

Uniek Kaswarganti

Mom of two lovely kids, loves reading so much especially on fiction. She prefers listening Bobby Caldwell, Phil Collins, The Corrs and KLa Project while enjoying her loneliness.

45 comments:

  1. Waahhh, Mak Uniek ternyata jago nge-fiksi juga tho?
    Sungguh multi talenta bangeettt
    Cihuy!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyataaaa ulalaaa Princess-nya adalah Reena.
      Keren bgt ini plotnyaa

      Delete
  2. Pantesaann, kenapa berasa baca Cinderella. Tapi kereen, Mbak. Suka banget pas Pangeran Robert datang ke rumah. Serasa pengen bilang ama Dominic, rasaiinn!!! Hahaha...

    ReplyDelete
  3. Wah Mba tulisannya suka bagus. Pantesan suka menang lomba. Aku jadi belajar nih. Apa Mba Uniek juga penulis buku anakkah? Soalnya mba Uniek penulia serba bisa menurut aku 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheee bukan mba, hanya menulis fiksi sesekali aja kok, tapi kalau didoain bisa jadi penulis buku anak ya senang sekali mba, aamiin...

      Delete
  4. Happy ending! Saya tetap suka cerita yang kisahnya happy ending. Tapi, ini Womba gak diajak? Kasian kalau ditinggal sama Reena :D

    ReplyDelete
  5. Mbak, bagus banget..aku baca sampe habis kayak lagi megang buku cerita lupa kalau ini blog haha aku berharap cerita penutupnya Dominic dan anak2nya bertekuk lutut dihadapan Reena hihi

    ReplyDelete
  6. Mau juga dong aku ketemu sama teman masa kecil dulu yang kini siapa tahu juga sdh jadi pangeran,seperti Pangeran Robert, hehehe

    ReplyDelete
  7. Mirip cinderella tapi aku suka karena yg ini tampak lebih real karena mereka bersahabat sejak kecil, tidak ada sepatu kaca atau ibu peri, aku suka

    ReplyDelete
  8. Wombanya kenapa nggak diajak ke Istana mbaak? Huhu keadilan untuk Womba..#berdemo...

    ReplyDelete
  9. Wah, asyik mbak, udah lama enggak baca-baca cerita fiksi kaya gini karya teman-teman blogger...

    ReplyDelete
  10. Horee, happy Ending. Akhirnya penderitaan Reena berakhir setelah dijemput Pangeran Robert. Apakah ada kelanjutannya lagi nih? Bagaimana kisah Reena selanjutnya setelah sampai di Istana? Diterima dg senang hati? Atau malah sebaliknya. Lalu bagaimana dg 3 putri Ny. Dominic?

    Aku ingin baca lanjutannya, Mbak. Ayo lanjutkan. 😁😁

    ReplyDelete
  11. Ya Ampun mba udah lama banget aku gak nulis fiksi baca ini jadi kepengen nulis fiksu jugaa.. sukses terus ya mba

    ReplyDelete
  12. Lama juga ya aku ngga ngefiksi. Dulu jaman masih aktif di Kompasiana dan awal2 ngeblog, masih akrif bikin cerpen atau FF.

    Senang baca tulisanmu, mbak. Bikin kangenku ke fikai jadi berkurang.

    ReplyDelete
  13. Kok aku bacanya malah ngebayangin Cinderella ya Mbak. Haha. Jadi Reena ini nasibnya persis Cinderella gitu dalam khayalanku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di bawah kan udah dikasih disclosure kalau idenya memang dari Cinderella, Mba. ;)

      Delete
  14. Waa..bagus ceritanya..tapi masih bersambung nih...syukurlah riena bertemu langsung dengan pangeran Robert.. Hepi ending deh...

    ReplyDelete
  15. Ini masih bersambung kan ya, mba?
    Please, disambung dong dengan closing seperti ini:

    Semoga Reena dan Robert, hidup happily ever after ya, mba Un
    Please...

    Muhahaha, mokso aku yo, Mba Un :)

    ReplyDelete
  16. Baguuus sekali ceritanya. Mbak Uniek ternyata pintar menulis fiksi ya. Serasa baca dongeng di majalah Bobo pas masih kecil

    ReplyDelete
  17. Crita bahagiaaaa akhiree. Mba ini bagus dilanjutkan. Jadi ada terasa lain rasa di blog. Ditunggu cerita selanjutnya

    Aku bikin versi yutubnya, tapi mentah masih. Bagusan kalau nulis aja daripad yutub ternyata aku. Hehehe

    ReplyDelete
  18. Akhirnya Teena jadi princess beneran yaak.. anakku yg perempuan pasti Suka ini walau sdh SMP masih Suka mendengarkn dongeng sblm tidur

    ReplyDelete
  19. Uuwuwuw...aku berasa yang diajak sama Pangeran Robert.
    Padahal sebenarnya Princess Reena yaah...
    Kok bisa bikin fiksi sepaket dengan emosinya siih...kak Uniek?

    Kumauuu baca yang laiin...

    ReplyDelete
  20. lama gak ngefiksi nih saya. mbak uniek masoh oke ajah karyanya. btw kenapa milih nama reena? apa ada artian khusus?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak ada arti khusus, biar kayak orang Indonesia aja, Rinawati Sukimpul :D

      Delete
  21. awal baca ku kira sinopsis buku...hahahha, keren mba..

    ReplyDelete
  22. Womba dan Reena, ahh gak cukup rasanya baca pengen ada film animasinya mba 😊 aq keep deh almt blognya pengen bacain debay walaupun belum mengerti

    ReplyDelete
  23. mnarik mbak, aku udah lama gak nulis fiksi hiks. Musti benar-benar fokus kalau mau mulai nulis fiksi dan pikiran gak lagi menanggung beban hehhe

    ReplyDelete
  24. Awwww suka banget baca cerpennyaaaa. Semoga suatu hari nanti ada versi short animation nya yah maaak

    ReplyDelete
  25. Teruuuus...teruuuuuus gimana ya endingnya, Mbak? Penasaran ih🙈. Menikah atau gak? Memang kebanyakan cerita fiksi seperti ini pasti happy ending. Bikin sad ending, Mbak *duuh ngarep😆

    ReplyDelete
  26. Aaah beneeer aku juga menebak mirip Cinderella tyt memang iya yaaah... Lanjutkeun mba endingnya piye ki...

    ReplyDelete
  27. Ya Ampun berasa aku jadi princess mb bacanya hepi banget kok bisa ya mb menuliskannya ringan dan lancar enak untuk dibaca, cerita lain kadang terlalu membuat sedih tapi mba menuliskannya dengan gaya yang unik aku suka membacanya

    ReplyDelete
  28. Benar, baca cerita fantasi seperti ini akan membayangkan pada saat menonton film kisa cinderella.
    Zaman anak-anak, cerita sangat melekat di memori anak gadis manapun.
    Kenapa ga di share di watpadd aja mba ato di platform menulis cerita lainnya. Pasti lebih banyak lagi yang baca.

    ReplyDelete
  29. Bagus Kak cerpennya, mirip-mirip sama novel terjemahan bertema klasik :)
    Baca cerpen saya juga kak, di artikel Blog Walking saya cantumkan link cerpennya di akhir bagian ;)

    ReplyDelete
  30. Aih, semoga Reena hidup bahagia bersama pangeran, ya. Suka deh, sama karakter pangeran Robert yang berjiwa petualangan dan baik hati.

    ReplyDelete
  31. Iiih keren banget sih mbak Uniek. Aku kok sekarang susah ya nulis fiksi, mungkin karena kebanyakan nulis artikel dan jarang baca buku-buku fiksi lagi yaa.

    ReplyDelete
  32. Waduh jadi penasaran dengan cerita lanjutannya. Ceritanya mirip Cinderella ya? Jadi kangen ngefiksi juga mbak. Seru ceritanya

    ReplyDelete
  33. Dadah Womba, baik2 ya di rumah. Princess akhirnya hidup bahagia di istana. Hehe. Bagus deh mba ceritanya..

    ReplyDelete
  34. Mbak Uniek, cakep banget ceritanya. Sayang Womba nggak diajak ke istana biar bahagia sama Reena dan Pangeran Robert hehehe.

    ReplyDelete
  35. Wow... keren. gaya bahasanya suka banget. kayak baca novel penulis barat

    ReplyDelete
  36. Wah gemesh akhirnya, robert menarik tanggannya. Ecie.
    Seger bacanya drpd cinderella jadul hihi

    ReplyDelete
  37. keren mba cerita fiksinya, wah jago ngefiksi nih. imajinasinya keren hihi. kusuka bacanya mengalir, ah jadi kangen juga bikin cerita fiksi hehe.

    ReplyDelete
  38. Wah Reena akhirnya jadi princess beneran yaaa.... Asik gak akan deh dijagain lagi Ama pengasuh dan ketiga anaknya ..
    Aku suka deh cerita ini. Tapi alurnya terlalu mirip dengan kisah Cinderella ya mba.. gapapa juga sih karena memang idenya dari situ kan...

    Semangat terus berkarya ya mba

    ReplyDelete
  39. Waahh keren bgt mbak uniek bisa nulis fiksi sebagus ini..
    Aku nyerah klo harus nulis fiksi

    ReplyDelete
  40. Ternyata banyak cerita fiksi menarik hati di sini, sukkka ..

    ReplyDelete