Unbelievable Germany, Bukan Sekadar Cerita Jalan-jalan di Jerman




Was der Bauer nich kennt, das frisst er nicht

Jika dalam Bahasa Jerman pepatah di atas berarti : apa yang tidak dikenal Pak Petani, tidak dimakannya, maka di tanah air pepatah ini bisa dimaksudkan dengan 'tak kenal maka tak sayang'.

Begitu juga saat kita mencoba membayangkan Jerman, negara yang dulu pernah dikuasai oleh Adolf Hitler itu. Gambarannya bisa jadi seputar orang Jerman yang dingin, tidak bersahabat, kaku dan berbagai persangkaan negatif lainnya, 


Ada baiknya kaukenal lebih dekat lagi banyak hal yang berlaku di Jerman, Sobat. Ternyata tak sedingin itu orang-orang di sana. 

---- 


Budaya Rewang di Jerman


Apakah di daerah tempat tinggalmu masih ada budaya rewang?

Rewang memiliki arti harfiah sebagai pembantu. Bagi saya yang tinggal di Jawa, budaya rewang biasanya terjadi saat tetangga punya hajat. Para tetangga akan datang membantu dengan membawa alat 'tempur' masing-masing seperti pisau, talenan, baskom atau barang lain yang sekiranya diperlukan. Semuanya dilakukan secara suka rela.

Masih pada ngalamin hal ini kah? Banyak ya yang tinggal di daerah perkotaan dan sudah hidup secara sangat individualis. Boro-boro rewang, menyapa tetangga saja belum tentu. 😉

Dan saya tadinya sungguh enggak  percaya kalau di negara semaju dan secanggih Jerman masih ada lho budaya rewang ini. Lhadalaaahh... kok elok men

...ada bapak-ibu pemilik toko sepatu, bapak pemilik pabrik mur baut, bapak direktur pabrik alat kedokteran, bapak ibu pemilik CV bangunan/kontraktor dan masih banyak lagi. Jadi nggak melulu yang rewang adalah pembantu, tukang kebun, pegawai rendahan, pensiunan, ibu rumah tangga atau nenek-nenek. Saya yakin niatnya sama, membantu dengan ikhlas tanpa mengharap balas jasa. (hal. 98).

Sungguh takjub saya ketika membaca tulisan Gana Stegmann di buku Unbelievable Germany ini. Lho, ada to ternyata budaya keren ini di masyarakat Jerman yang orang-orangnya terkenal modern, canggih dan memiliki prinsip waktu adalah uang. Bahkan orang-orang yang hidup berkecukupan lah yang melakukan rewang itu.

Di Jerman itu memang ada acara rewang. Meskipun bukan dalam rangka membantu tetangga yang sedang punya hajat, orang Jerman biasa rewang pada acara pesta rakyat. Menjelang acara digelar, ada panitia yang datang saat latihan dan menanyakan siapa yang berkenan membantu. 

Ngebantuinnya bisa dalam berbagai hal. Ada yang di bagian cuci alat makan dan minum, tukang bersih-bersih, penjualan kue dan kopi, penyedia minungan ringan dan beralkohol, bagian makan besar, pelayan dan masih banyak lagi. 

Panitia tersebut akan mencatat nama, alamat dan nomor telepon relawan. Nantinya dua minggu sebelum acara berlangsung mereka akan dikirimi lembaran pengumuman lewat pos agar tidak lupa (hal. 99). Pada pengumuman itu akan tercantum apa yang harus dibantu, giliran shift pagi, sore atau malam, dresscode dan daftar siapa saja yang bantu.

Wow... sungguh rewang yang sangat terorganisir ya. Saya kok masih takjub membayangkan bapak-bapak atau ibu-ibu yang biasa jadi bos di kantor ikutan rewang gini. Mereka yang biasa 'setil' (bergaya dan rapi) itu harus isah-isah (cuci piring). Luar biasa ya semangat gotong-royongnya.

Nah, bagi kamu yang tinggal di Indonesia dan terkenal dengan budaya adiluhung gotong-royong itu, masihkah kau rewang saat ada tetangga yang punya hajat? Hayoooo jujur ya. 😉



Banyak Anak Banyak Rejeki


Ingin tahu hal menarik lainnya di Jerman?

Sebagai Auslanderin (sebutan untuk orang asing perempuan di Jerman), penulis mengisahkan tentang banyak hal 'genuine' di sana. Penulis tinggal di Jerman karena bersuamikan orang sana. 

Salah satu hal menarik ini erat kaitannya dengan prinsip 'banyak anak banyak rejeki'. Lhooo... bukannya ini budaya Wong Jawa? 😀

Kalau tidak tinggal sebagai penduduk di Jerman tentu saja tak akan mengetahui hal ini. Hal unik yang tak akan kautemukan jika ke sana berkunjung sebagai wisatawan saja. Di Jerman sana, ada banyak fasilitas yang diberikan pemerintah untuk keluarga yang memiliki anak. Semakin banyak anak, semakin banyak bonusnya.

Kindergeld (Kinder = anak, Geld = uang) merupakan bantuan untuk kebutuhan anak sebesar €192 bagi anak pertama dan kedua, €198 untuk anak ketiga, €223 bagi anak keempat, dan seterusnya. Itu tiap bulan loh diberikannya. 

Alamaaakk... mbokya di sini juga dapet gitu yaaaa... 😀 Aslik, envy banget bacanya. Meski di sana segala macam mahal dan sulit, rupanya timbal balik ke warganya sangat luar biasa. Bahkan untuk si ibu yang pasca melahirkan, akan mendapatkan uang pengganti ibu yang nggak bisa kerja karena merawat anak di rumah (hal. 50).

Wuopoooo ikiii... kok le penak men? 😀

Di negeri gemah ripah loh jinawi yang terkenal dengan sebutan Nusantara ini mana ada kayak gitu. Cuti ya udah cuti aja, palingan dapet gaji pokok. Gana Stegmann menceritakan pengalamannya saat mendapatkan Elterngeld itu selama 12 bulan pasca lahiran, dapet €300 lhooo...

Yawlaaa... pengin takcubit-cubit nih penulisnya. Mengundang kengirian yang teramat hebat. 😃 Berapa duit itu kalau dikonversi ke rupiah. Berapa berapaaa??? *pasti langsung pada ambil kalkulator

Selain itu untuk keluarga yang memiliki 3 anak atau lebih akan mendapatkan bonus lain berupa Familienpass. Kartu tersebut bisa digunakan untuk mendapatkan diskon di berbagai tempat menarik. Bisa jadi keluarga tersebut juga mendapatkan Gutscheinkarte, aneka macam tiket untuk gratis berkunjung ke berbagai museum, taman dunia, tempat piknik, kebun binatang dan sebagainya.

Beragam paket produk perawatan bayi juga bisa didapatkan. Waaahh...enak sekali yaaa.. Pindah Jerman yuk. *ditampol pakdhe





Pelihara Anjing di Jerman? Tak semudah itu, Marimar...


Nah, kalau soal ketertiban, udah jempolan banget deh Jerman. Di buku Unbelievable Germany ini dikisahkan untuk memelihara anjing banyak peraturannya.

Yang pertama, setiap anjing yang dipelihara harus terdaftar, sama dengan manusianya. Setiap tahun harus bayar pajak untuk anjingnya itu sekitar €70 setahun atau tergantung jenis dan jumlah anjingnya. Jika punya anjing lebih dari satu, pajaknya akan lebih murah.

Selain pajak, sang tuan juga harus mengasuransikan anjingnya. Hal ini untuk mengatasi jika suatu saat terjadi si anjing melukai orang lain dan orang tersebut harus mendapatkan pengobatan. Ewwhh.. di sini ada nggak sih aturan seperti ini?

Perasaan, anjing yang suka kejar-kejar orang itu kok ndak ada yang menuntut tuannya ya. Saya paling gusar kalau pas lewat depan rumah orang terus anjingnya menguntit, mengendus-endus dan sepertinya membayangkan kaki saya ini seperti paha ayam yang diopor yang lezatnya menggoda iman itu. Huuhh...

Cek dokter secara rutin juga menjadi kewajiban pemilik anjing demi menghindari rabies dan penyakit anjing lainnya. Selain itu, anjing juga tidak boleh be'ol sembarangan. Meskipun anjing tidak bisa membaca larangan ini, adalah suatu kewajiban bagi tuannya untuk mematuhi peraturan ini.

Anjing tidak boleh berkeliaran sembarangan tanpa tuannya. Juga tidak diperkenankan buang air besar di sembarang tempat. Orang yang melihat anjing berkeliaran macam ini bisa melaporkannya ke Rathaus atau balai kota setempat.

Orang yang memelihara anjing juga harus melatih anjingnya agar punya 'tata krama', seperti tidak melompat ke orang, tidak boleh berada di dapur, tidak mengaduk-aduk tempat sampah, tidak duduk di sofa, dan sebagainya. Malah bagi mereka yang ingin memiliki SIM memelihara anjing bisa ikutan kursus, training dan ujian.

Omaigot... sedemikian ribet untuk memelihara anjing di Jerman ya, Marimar. 😉



Kerokan di Jerman Bisa Bikin Masuk Kerangkeng


Ada yang suka pijat dan kerik ketika badan mulai terasa meriang? Biasanya kan habis kerok gitu badan jadi mendingan ya. Sekedar buang angin kalau orang bilang.

Tapi beda cerita ketika bekas kerokan itu terlihat oleh dokter di Jerman. Pada buku Unbelievable Germany ini penulis menceritakan bagaimana suaminya diinvestigasi oleh dokter gara-gara terlihat bekas kerokan di punggungnya.

Bitte, machen Sie nie wieder... yang artinya adalah please never do it again.  Bisa fatal akibatnya jika ada yang mengetahui hal ini dan melaporkan ke polisi. Bekas merah-merah di punggung itu bisa dijadikan bukti penganiayaan fisik. Duuuhh... bisa masuk jeruji besi euy.

Hai elo elo yang pada suka kerokan, surga kerokan banget kan Indonesia itu hihiii... Mau pake minyak kayu putih, minyak telon, atau bahkan bawang merah pun silakan saja. Lo yakin mau pindah ke Jerman?  *nanya ke kaca 😀



Tidak Ada Toko Buka di Hari Minggu


Paling enak tuh week end kemana siiihh.. Misal mager di rumah aja, ya paling enak beli cemilan di minimarket terdekat terus nonton film secara maraton. Etdaahh... mager terindah di dunia pokoknya.

Namun, menemukan toko buka di hari Minggu di daratan Jerman sana merupakan hal yang sulit. Paling tidak sesuai dengan yang dituturkan oleh penulis. Di tempat tinggalnya, sangatlah tabu membuat keriuhan di hari Minggu. Hari dimana banyak orang pergi ke gereja atau berziarah, suasana sangat khusyuk.

Jadi jangan bayangin bisa ngabuburit cantik dan belanja ke toko di hari Minggu ya di sana. Bahkan demi menyiapkan persediaan bahan pangan, banyak warga Jerman yang memiliki Speisekammer atau kamar untuk gudang makanan. Biasanya letaknya di sebelah dapur atau di ruang bawah tanah (hal. 96).

Makanya jangan suka judes-judes amat sama mbak-mbak di Alf*mart yang terkadang bertampang jutek dan melayani kita sambil ngobrol sendiri itu. Tangannya sibuk memasukkan data belanjaan ke mesin kasir, tapi mukanya entah menghadap belahan bumi yang mana *malah curcol.

Masih mending ya kita bisa belanja apa saja dan kapan saja. Bahkan di hari Minggu pun banyak minimarket yang buka 24 jam.


-----


Masih banyak lagi kisah menarik yang tak terbayangkan oleh teman-teman semua bakalan terjadi di Jerman. Saya saja sampai terheran-heran membaca berbagai kejadian genuine yang kemungkinan hanya ada di sana.

Pada tahun 2005 saya sempat sekitar semingguan berada di beberapa kota di Jerman seperti Hamburg, Frankfurt, Muenster, Wuppertal dan Cologne (Koln) untuk urusan kerjaan. Hampir semua relasi kerja yang saya kunjungi waktu itu memiliki sifat ramah dan suka menolong. Meskipun disiplinnya sangat ketat, mereka tetap merupakan orang-orang yang bersahabat. Banyak sekali pertolongan dan keramahan yang saya terima saat bertemu dan merepotkan mereka selama saya ada di Jerman.

Bukan kebetulan jika akhirnya saya bisa membaca buku karya Gana Stegmann yang menuturkan aneka hal menarik dan tak terduga itu. Ini seperti kode bagi saya agar tak putus berharap suatu saat bisa ke sana lagi. Entah untuk urusan bisnis atau jalan-jalan bersama keluarga.

Saya masih punya mimpi untuk melihat Black Forrest yang bukan kue. Tempat wisata yang teduh dan misterius di Jerman bagian selatan, yang ceritanya pertama kali saya ketahui dari salah satu relasi bisnis saya waktu itu ketika kami bertemu di salah satu penginapan kecil yang saya tempati di Hamburg.

Bagaimana dengan teman-teman, selama ini beranggapan apa tentang Jerman? Setelah membaca review saya ini, apa pendapat teman-teman? Share yuk di kolom komentar.

Bagi yang ingin tahu banyak hal unik di Jerman, yang ga bakalan bisa diketahui hanya dengan sekali datang ke Jerman sebagai turis, silakan lho adopsi buku ini. Di tobuk terdekat pasti ada, atau via tobuk online pun bisa. Selamat membaca....


Kisah di Jerman karya Gana Stegmann
Santai sambil baca Unbelievable Germany karya Gana Stegmann 💕


UNBELIEVABLE GERMANY
Penulis : Gana Stegmann
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Terbit : 2017
ISBN : 978-602-04-4957-9

Uniek Kaswarganti

Mom of two lovely kids, loves reading so much especially on fiction. She prefers listening Bobby Caldwell, Phil Collins, The Corrs and KLa Project while enjoying her loneliness.

67 comments:

  1. Baru tau ternyata ada tempat di Jerman yang namanya Black Forrest *kebayang kue :D
    Langsung deh googling kenapa tempat itu dikatakan misterius, penasaran euh. Ternyata meski misterius, banyak wisatawan yang datang ke 'hutan hitam' tsb ya :)

    ReplyDelete
  2. halo mba Uniek. Membaca tulisan ini jadi ingat Jerman itu jadi tempat tujuanku suatu saat nanti. DLu pas SMA belajar bahasa Jerman tapi sayangnya kurang kepakai. Hehhe. Pengen deh baca buku ini biar bisa ke Jerman suatu saat nanti

    ReplyDelete
  3. wkwkwk baru liat ketebalan bukunya sudah bikin saya keder mbaaa hahahah
    Tapi keren banget ya isinya, bener2 unbelievable!

    Khususnya yang masalah anjing itu.
    Coba gitu diterapkan di sini.
    bete banget saya, di komplek kami banyak yang pelihara anjing, dan tuannya jadi ketularan berperikeanjingan wakakakak.

    Gimana enggak, kalau sebatas anjingnya galak sih gampang, tinggal saya bawain kayu besar, kalau saya dikejar ya saya gebuk lah anjingnya, biar tuannya tau diri kalau anjingnya itu bahaya.

    Tapi ini jauh lebih parah.
    Tiap pagi, tuannya ajak jalan anjing2nya, daaannnnn tuannya yang berperi keanjingan itu membiarkan saja anjingnya pup di depan pagarnya orang..
    kadang di tengah jalan gitu.

    Pak RT udah bosan ngingatin masalah anjing.
    Tapi tetep mereka berperi keanjingan banget wkwkwkw

    Sebel banget, pelihara binatang tapi bener2 merugikan orang lain.
    Padahal komplek kami itu dekat sawah gitu, kan bisa dia ajarin anjingnya untuk pup di tempat yang jarang dilewatin orang.

    kok jadi sebel saya ingatnya huhuhu
    Malah curhat anjing wkwkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukunya emang keliatannya aja tebel, tapi bacanya enak banget lhooo.. ada ilustrasinya segala. Tau-tau udah selesai aja bacanya.

      Delete
  4. Wah jadi penasaran dg buku ini.. Ternyata banyak hal uniek eh unik ttg Jerman ya..

    ReplyDelete
  5. Artikelnya menarik.

    Ternyata negara barat nggak melulu individualis ya, Kak. Buktinya di Jerman masih ada Rewang. Padahal, di kota2 besar di Insonesia, budaya ini sudah nyaris punah. Ada kasa EO. ��

    ReplyDelete
  6. German salah satu negara impian. Bukan hanya jalan2 tapi menetap di sana. Soalnya teman yg tinggal di sana itu selalu bicara soal menyenangkan, seperti anak yg dibantu biaya oleh pemerintah dan hari Minggu ga ada toko yg buka seperti di daerahku dulu di Balige, khusus untuk Ibadah. Semoga kesampean jalan kesana.

    ReplyDelete
  7. Must read book nih kayaknya, menarik. Oya, di Australia juga mirip tuh mbak. Toko2 tutup di hari Minggu. Kalopun ada minimarket (sekelas Alfa) yang buka, hanya setengah hari. Konon karena karyawan hitungannya kerja lembur saat weekend, jd perusahaan hrs gaji mahal.

    ReplyDelete
  8. Cocok deh saya jadi warga Jerman. Dikerok pakai bawang merah aja, saya bisa jejeritan sampai nangis. Apalagi dikerok pakai koin. Sampai mamah saya suka keheranan hahaha.

    Pernah ngobrol sama warga negara Jerman waktu camping. Katanya di sana itu pajaknya luar biasa tinggi. Tetapi, memang pengelolaannya juga sangat baik. Makanya mungkin karena itu warganya juga gak protes kayaknya, ya. Sampai punya anak 3 aja malah pemerintah ngasih bonus segala macem :)

    ReplyDelete
  9. Aku jadi pengen baca bukunya nih, Maaak. Dulu aku pernah dapet driver gojek yang pernah kuliah di Jerman. Dia ngambil S-2 apa S-3 gitu, ya. Udah dapet posisi enak di perusahaan milih mundur jadi driver ojol karena mau ngurus bapaknya. Selama di jalan dia cerita banyak pengalaman kuliahnya waktu di Jerman. Temen-temannya banyak yang ogah pulang karena hidup di Jerman itu menyenangkan walau baiaya hidupnya mahal. Kalai aku mikir dua kali tinggal di sana, kendala bahasa dan mau ngapain di sana coba? hihihi

    ReplyDelete
  10. Hayu atuh kita pindah ke Jerman, tetanggaan yaa..
    Hahhaaaa..

    Ohya, di daerah komplek mamaku masih suka bantu2 loh, deket banget kekeluargaannya soale kbanyakan orang jawa, yu know lah sesama orang jawa suka kental banget dinegeri rantauan.

    Eh, btw kabarin kalo mo kredit rumah di Jerman ya, ntr ku nyusul

    ReplyDelete
  11. Wow, masih ada ya rewang di Jerman. Trus pemberitahuannya dikirim lewat pos? apa iya masih sampai sekarang?

    yang makin banyak anak, makin banyak dapat tunjangan itu apa karena penduduk di sana sedikit? Haruskah aku pindah ke sana?

    Pemerintah Jerman juga memberi beasiswa buat anak Indonesia yang mau kuliah S1. Semuanya gratisss.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau infonya biasa lewat lesan, terus konfirmasi tetap pakai pos artinya bakal ada daftar apa tugas kita, jam berapa, pakai baju apa? Aku biasa pake Dirndl, baju khas Jerman. Yang sebenarnya itu dulu untuk para pembantu sekarang naik pamor jadi baju nasional. Gubrak nggak seehhh.

      Delete
  12. Waddduuuuuhhh, aku bisa dipenjara ni, semalam baru ngerokin suami, Mbaaak. Hihihi unik banget ya, ternyata bisa masuk penganiayaan. Tapi aku juga kaget lo Mbak, kalau ternyata ada budaya budaya lain yang mirip dengan yang kita punya ya....

    ReplyDelete
  13. Klu bicara tentang Jerman saya langsung ingat, waktu SMA pernah belajar bahasa ini, dan rasanya belajar deutsch ini lebih gampang daripada english tp karena sekarang udah jarang belajar bahasa Jerman jadi lupa.

    Ternyata banyak hal unik dan menarik sekali ya di Jerman mbak. Nggak nyangka juga di negara itu budaya Rewang atau bantu2. Alhamdulilaah, di tempat tinggal saya masih ada budaya seperti ini..

    Hihi, enak banget ya klu punya banyak anak di negeri Jerman, di negeri tercinta kita ini mana ada ibu yg dapat uang pasca melahirkan��

    ReplyDelete
  14. Aaak ... Kak Uniek kocak sekali mereviewnya..
    Aku jadi pingin laa..baca buku Unbelievable Germany.

    Aku jadi ingat kasus anjingnya Siwon oppa yang gigit sampai mati tetangganya. Lalu nasibnya Siwon, di si banned gak boleh ikut kegiatan Super Junior.

    Sebegitu ketatnya orang punya hewan peliharaan yaa, kak..

    Saluut..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makin produktif melahirkan anak kalo aku di Jerman yaa...
      Hhaha...
      Senangnya tinggal di negara yang memanusiakan manusia.
      ((apa efek negara maju yaa...? Beda sama negara ber-flower kek Indonesiah tercintyaah...))

      Delete
  15. Seruuu ya mba Un.. banyak bangeeet tradisi khas yang sebenernya mirip dengan budaya kita. Soa kerokan di AS juga sempat dipertanyakan.. lama-lama orang ngeh.. bilangnya coin therapy hehehehe

    ReplyDelete
  16. Ternyata di Jerman ada budaya Rewang juga ya jujur saja kalau di daerah ku sekarang udah jarang banget yang ngadain hajatan itu bikin sendiri masakannya mereka lebih baik pesan katering dan gedung, katanya sih lebih simple dan ga capek. Kami para tetangga paling bertamu saja saat mau hajatan dan sesudah hajan mereka.

    ReplyDelete
  17. Aah aku jd penasaran isi bukunya, Kyknya bukunya tebel dan banyak cerita seru ya mbak? Soal anjing emang rata2 negara maju kyknya mengatur banget ya mbak, aklau di sini soal anjing bisa jd gondok2an antar tetangga haha
    Gak tau knp aku dr kecil suka Jerman, mungkin krn ada salah satu tanteku yg nikah sama WNA Jerman trus dr kecil udah amazing aja kalau denger cerita ttg Jerman. Pengen ah cari bukunya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini sebenarnya sudah produk editan. Artinya dari 600 an halaman saya pangkas jadi 400 an, biar harganya terjangkau dan nggak jadi bantal si pembeli xixixi.
      Buruan beli, yak. Ada juga klub anjing, di mana para anjing berkumpul sama sang majikan dan dilatih lompat kek, balap lari kek, ambil bola kek ...

      Delete
  18. Wah, banyak ya kesamaan Jerman dg Jawa.
    Aku jadi merasa terpanggil untuk jalan2 ke sana, hahahaha.

    Eh, umrah dulu deng... 😂

    ReplyDelete
  19. Ngomong soal Jerman, jadi keingetan si Uzha yang sekarang di sana
    Buku Unelievable Germany, pasti seru sampe mba Uniek bacanya cepet.
    Kelihatan tebal padahal, aku belum pernah baca yang ini Mba Uniek.
    Kepo deh ama bukunya, semoga kita bisa main ke Jerman mba Uniek

    ReplyDelete
  20. Wow, bukunya tebal banget yaa, Mba. Bisa berhari-hari nih bacanya, tapi kalo baca dari review ini kayaknya isinya gak ngebosenin yaa, jadi kayaknya gak bakalan boring saat membacanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tampak tebal tapi ternyata cepet koq mba bacanya, bukunya kecil kok ini ;)

      Delete
  21. Wahhh, hari minggu gak ada toko yang buka? Kebalikan dengan di Indonesia yaa, Mba. Di sini, justru hari minggu itu karyawan toko wajib lembur (pengalaman waktu kerja jadi SPG) karena membludaknya pengunjung :)

    ReplyDelete
  22. waahh...unik bgt ya mbak uniek. ternyata budaya rewang ada juga di eropa yg konon katanya individualis. dan soal tunjangan utk anak. ya kalo di indo ada begitu jd brp proyeksi laju pertumbuhan oenduduknya mbak? hahahha

    ReplyDelete
  23. Waktu SMP Jerman merupakan tempat di negara eropa yang hendak saya kunjungi, setelah Asia Jepang.. namun belum kesampaian nih ke Jerman hehe.. bismillah ya ka, semoga ada kesempatan untuk bisa mengunjungi negara idaman sejak SMP.. thanks for sharing mbak

    ReplyDelete
  24. Pengen ngakaak soal yang kerokan mbaa hahahah di Jerman ama Belanda memang ketat banget kalo urusan kesehatan. Tapi negaranya bersiih plus rapih banget :))

    ReplyDelete
  25. Aku pernah punya teman berdarah Jerman waktu kuliah, sampai temen2ku heran kok aku bisa sih ngobrol sama dia katanya gak pernah senyum :-D padahal dia rajin telponin aku cuma ngobrolon sepak bola. eh jadi gagal fokus.

    Masih ada sih mbak di sini bantu2 teteangga yang hajatan gitu, tapi biasanya yg punya hajat nyambat dulu tetangganya karena suka gak enak kl main dateng.

    Keren juga ya negara Jerman masih ada budaya rewang kaya gitu. Jadi intinya tolong menolong itu harus ada di mana-mana gak kenal negara atau status.

    Wah kalau di sini pelihara anjing main pelihara aja ya gak pakai izin segala. Kayanya gak ada deh mbak di sini aturan hrs ngobatin orang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mayoritas orang sana emang tipe serius. Untung suamiku rada-rada gila ... eh.
      Aku pikir emang karena di Jerman dingin banget ya? Pengalaman terdingin yang kualami adalah minus 27. Lah sama kulkas kamu saja dingin luar rumahhhhh.
      Idelanya; Kalau kita suka senyum pas dingin, jangan-jangan gigi kita nratak karena kedinginan. Makanya pada mingkem xixixixi. Eh ...Pernah nyebar aer ke udara waktu minus temperaturnya? Air itu akan jadi es batu dan berjatuhan di tanah bunyinya kretek-kretek...
      Dan memang

      Delete
  26. Kubaru tauu mbak suka mengulas buku. Kusukaa kusukaaa. Kupikir juga budaya kayak gini (guyub, gotong royong) cuma ada di melayu. Ternyata di negara maju juga dan malah lebih kelihatan "wow"

    Ya Allaaah semoga aku dikasih rezeki kesempatan menjejak tanah eropa, belajar dari perjalanan jauh, dan lebih wise krn jalan-jalan. Aamiin!

    ReplyDelete
  27. Budaya rewang ternyata ada juga ya di Negara Maju seperti Jerman. Aku fikir di Asia doang he he he. Salfok saya kerokan bisa bikin masuk penjara, masalahnya saya dan suami kerokan minded banget kalau masuk angin pasti sembuhnya dikerok. Kalau begini bisa batal deh pindah ke Jerman.��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nda pa2 asalkan tidak harus pergi ke dokter untuk minta surat keterangan sakit :)) Kan jadi ketahuan kalau pergi ke dokter.

      Delete
  28. Seru banget ya benefitnya jadi warga Jerman mbak, pantas kakakku ndak balik-balik hihi..pengen ke sana sebagai turis aamiin..

    ReplyDelete
  29. Kebetulan aku banyak berhubungan dengan kolega yang di Germany office, mereka ramah-ramah lho dan nggak ada kesan dingin. Waktu visit ke sana juga disambut dengan hangat.
    Satu hal yang aku tangkap dari mereka adalah, loyalitasnya tinggi. Jadi satu orang tuh bisa di posisi itu dari berpuluh tahun yang lalu, nggak pindah pindah. Mungkin karena betah dan nyaman juga kali ya :)

    ReplyDelete
  30. Jerman, jejere kauman. Hehe itu plesetan. Ternyata Jerman benar2 unik ya. Saya gak nyangka di negara maju masih ada gotong royong. Program banyak anak banyak rezeki pun menarik sekali. Tapi saya sendiri masih mikir2 sih kalau ini diterapkan di negara kita, tak terbayangkan akan sepadat apa. Haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di buku itu diceritakan dengan iming2 tunjangan ini saja mereka masih kekurangan penduduk ;) Jadi memang tidak tepat kalau diterapkan di Indonesia yang populasinya aduhai.

      Delete
    2. Haha iya, Nik. Angela Merkel tau kalau piramida terbalik di Jerman itu bahaya dan membuka pintu untuk pendatang yang asyl. Sampai-sampai semua pengungsi rebutan datang ke Jerman pakai perahu karet goyang. Masih untung nggak kecemplung laut dimakan hiu. Temen-temen pengungsi dari Suriah misalnya bilang, untuk mencapai Jerman butuh 5 hari. Dua hari di antaranya terkatung-katung di laut. Masih ingat Tsunami? Nah ... bayangin numplek semua dihempas gelombangnya?
      Para pengungsi dapat fasilitas berupa rumah gratis di flat dengan perlengkapan seperti pemanas ruangan, mesin cuci, dapur kering, uang bulanan per orang kayaknya 400 € anak juga dapat. Kalau kamu punya anak 10 saja kamu bisa punya uang 2000 € ditambah ortu 800 €. Semua sudah pernah kutulis di Kompasiana termasuk ilustrasinya, wissss ojo ngeces ngko dibalang sandal karo pakdhe.

      Delete
    3. Lha piye, aku tak dadi pengungsi wae po yooo...
      *disadhuk Gana :))

      Delete
  31. jerman itu negara impian banget buat dikunjungi.
    Orang jerman itu, yang pernah saya temui, ramah dan suka menolong. Jadi kan tiap tahun, di tempat kerja saya pasti ada mahasiswa asal jerman yang menyelesaikan tugas akhirnya di Indonesia. Mereka ini kalau jam kerja serius banget, nggak bisa diganggu. Tapi kalau diluar jam kerja ya santai, bisa diajak jalan dan bercanda

    ReplyDelete
  32. Jerman, negara impian banget. Dulu waktu masih SMP, dibilangin sama kakakku kalau aku mau jadi dokter, bakal disekolahin ke Jerman. Sayang, akunya gak pengen jadi dokter �� Tapi tetap bercita2 suatu hari bisa ke sana. Apalagi sejak sahabat menetap di Austria, makin pengin aja ke Jerman. Kan dekeet. Pengen ke Black Forest nya itu loh ...

    ReplyDelete
  33. Aku selalu suka baca pengalaman hidup orang yang pernah tinggal di satu tempat apalagi mancanegara. Karena kalau cuma berkunjung akan beda cerita dengan saat kita memang stay di sana.
    Menarik bukunya..bikin pembaca jadi tahu seperti apa sejatinya Jerman itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eit jangan hanya tertarik saja ... dibeli-dibeli-dibeliiiii ... lalu bacalah.
      Toss

      Delete
  34. Mau juga traveling ke Jerman, dan ngerasain semua yang ada di buku Unbelievable Germany. Kebayang akan banyak bahan yang bisa diceritain dan ditulis di blog ya mba

    ReplyDelete
  35. aku buta banget soal jerman. buku yg menarik makk
    aia aku pernah ikutan rewang lho waktu di solo. pertama ikut maen dateng aja, trus disuru balik lagi krna ga bawa pisau dari rumah hihihi

    ReplyDelete
  36. haha...jadi tahu ttg jerman setelah baca tulisan mba uniek. bukunya tebel bgt ya. ah, tahu dr tulisan ini aja deh. kayanya PR bgt kalau harus baca semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya aja tebel mba, tapi ukurannya kecil kok. Sekali duduk juga habis mba bacanya.

      Delete
  37. Pertama-tama ... two thumbs up, Uniek. Du bist toll! Ich würde dir gerne noch mal etwas schicken. (sila cek google translate).
    Aduh, Niekkk ... tapi yang komen banyak banget nyak? Coba jawabin satu-satu, lama-lama keriting ... padahal sebentar lagi aku ngajar jadi harus cepetan. Maaf tadi pagi bersih-bersih terus masak, baru bisa sekarang. OK, pren ... Makasih ya ... aku utang budi. Suatu hari semoga bener bisa balesin kebaikanmu. Pelukkkk jauuuuuh.
    Teman-teman semuanya yang baca tulisan keren Uniek soal mengupas bukuku "Unbelievable Germany", terima kasih sudah baca review ini dan tertarik punya bukunya. Syukur-syukur jadi beli dan baca sendiri lho yaaaaa (Nik, bukune ojo disilihke koncomu lhooo ... ). Hahahaha... padune.
    Buku ini adalah hikmah tinggal di Jerman. Di mana, aku ngerasa ada di daerah vacuum of power ... atau post power syndrom. Nggak bisa kerja, nggak punya sodara, nggak punya teman, nggak bisa bahasanya .... memulai semuanya dari nol. Alhamdulillah internet Jerman mak wusss, jadi aku ngeblog. Pertama kali di Kompas.com terus multiply sampai ke Kompasiana. Oh, ya .. buku itu naskahnya dari tulisanku tentang Jerman di Kompasiana yang kuedit lagi.
    Hmmm Jerman? Ohhh sebenarnya, itu bukan pilihanku. Pengennya, sih tetap tinggal di Semarang dan keliling dunia. Sampai hari ini aku sudah ke 27 negara di Asia dan Eropa (sombong dualimaaaaaaaaa), separoh di antaranya gratis dari tugas LSM dan separoh nggesek ATM suami. Yang ngiler travel dan bingung ATM siapa yang bisa digesek, nabunglahhhh .... nggak ada kata tua untuk kita perempuan yang mau melihat dunia luas.
    Intinya, pesanku, siapapun kamu, bahagiakan diri kamu sendiri. Kalau bahagiakan suami dan anak itu pasti tapi kadang perempuan pada lupa kalau dirinya kurang happy dan menerima apa adanya. Kalau aku pilih nulis, mungkin ada yang cateringan, jahit, kerajinan atau apalah sesuai bakat dan interest... Do what you love and love what you do.
    Lalu, ada yang mau tanya; kok bisa ya aku ketemu Uniek si bos Gandjel Rel? Begini ...Tadinya aku mau ketemuan sama Tary, temenku yang sekarang tinggal di Inggris. Kami berteman di LSM. Nggak nyangka waktu janjian ke rumah Tary, ada Uniek di sana dan ngobrollah kami. Tary ternyata teman Uniek waktu sekolah atau kuliah.
    Setelah aku ngasih bukuku terdahulu "38 Wanita Indonesia Bisa" yang salah dua narsumnya adalah Tary dan Anne Avantie ke Tary, Uniek bilang pengen punya bukuku juga (halah meriiiiiii). Kebetulan aku bawa "Unbelievable Germany" yang memang lagi kupromosikan Agustus tahun lalu itu di beberapa radio dan universitas di tanah air. Gambarannya bisa kalian lihat di youtube, ya.
    Mumpung balik kampung memang begitulah acaraku nggak hanya ke ortu, kesempatan dalam kesempitan dibisa-bisain, lunggaaaaaa terus.
    Kuharap setelah pada baca buku itu, nggak bedol desa ke Jerman karena hujan emas di negeri orang lebih baik hujan duren di negeri sendiri. Sudah pada makan duren? Makanlah sepuasmu. Di Jerman sulit cari dan luaraaaanggg tenan.
    Kita sambung lagi ya ... aku mau sedot debu ... jangan bayangin sedot WC. Mambu.
    Salam hangat untuk semua dan peluk satu-satu, yang pria, silakan peluk pohon atau guling sahaja.

    Bis dann.
    Gana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dengar Jerman aku jadi kebayang tim sepakbolanya. Yang tiap piala dunia selalu aku jagokan hehe. Sama Kota Aachen apa ya (mungkin salah ketik) yang tempat tinggal BJ Habibie selama di Jerman.

      Delete
  38. Kereeeennnn banget ya Jerman ini.
    Benar2 unbelieveable ya Mbak. Ternyata negara sebesar itu masih ada juga gotong royongnya, lah disini aja udah jarang banget.

    ReplyDelete
  39. Kadang memang uang santunan dan fasilitas yg didapat untuk anak di LN bikin ngiler ya. Tp kebayang gak sih kalo di Indonesia ada uang macam gini? Pasti makin banyak yg punya anak kan ya ��

    Sementara di negara sana, orangnya rada males2an punya anak. Hihihi.. Tp fasilitas2 untuk anak emang bikin mupeng sih

    ReplyDelete
  40. Kirain yang ada rewang itu cuma orang Jawa saja, ternyata sampai luar negeri pun ada ya? Alhamdulillah bagus berati kehidupan masyarakat dunia ini.

    ReplyDelete
  41. Menarik sekali, ternyata di Jerman juga banyak budaya seperti orang Jawa. Tapi rewang di sana ada panitianya gitu ya. Jadi lebih terkontrol. Terus, istilah banyak anak banyak rejeki, wow sekali ya.. Tapi kalau kerokan bahaya, hahaha. Enggak nyangka juga ya, kalau ada yang melaporkan ke polisi, dari kerokan, punggung berwarna merah bisa disebut penganiayaan.

    ReplyDelete
  42. Paling ngakak yg bagian kerokan mbak. Hahaha.. Pasti asyik sekali baca buku ini

    ReplyDelete
  43. Keren dan emang unik ya Jerman ini... Perlu dicoba po tinggal di Jerman selama bbrp bulan gituh? hehe..

    ReplyDelete
  44. Hidup di Jerman itu memang enak ya...semua serba gratis. Bahkan banyak anak, dapat banyak tunjangannya.
    Sempat kepikiran juga sih, untuk pindah ke sana wkwkwk...
    Apalagi anak saya juga pengen sekolah di sana. Serba gratis juga, kan, ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, enggak tau mba kalau serba gratis. Kayaknya di sana serba mahal, hanya saja tunjangan kesehatan memang amat diperhatikan.

      Delete
  45. Jadi ingat tentang teman yang pernah tgas di Jerman, banyak cerita menarik. Jadi pengen baca bukunya juga, pasti seru ya tahu budayanya. Dan baru tahu budaya banyak anak itu, sama kayak dikita ya mba.

    ReplyDelete
  46. Eh ini mbak Uniek mereview dua kali gak sih? Kyknya kapan hari baca di blog utama apa di sini ya haha?
    Buku ini kyknya cocok nih buat kado ponakan yang sedang belajar Bahasa Jerman, kali dia lbh tertantang belajar lebih giat. Ntr aku rekomen ah bukunya TFS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak Pril, kalau ngreview buku ya pasti di sini. Baca di postingan IG kalik :))
      Oke, thks ya untuk rekomennya. Bagus banget loh buku ini. Ditulis oleh orang yang beneran mengalaminya sendiri.

      Delete
  47. ih keren mbak!
    aku wow banget soal toko buku itu lho. Dengan alasan supaya ibadah dan ziarah lebih khusyuk. artinya, keinginan mereka untuk dekat dengan tuhan itu, baik sekali nilainya.

    ReplyDelete
  48. Aku jadi penasaran pengen baca bukunya nih, baru tau soalnya beberapa point diatas itu. Apalagi tidak ada toko buka dihari minggu, ini keren sih selain orang-orang bisa quality time sama keluarga juga bisa hemat jajan. hahahahaa

    ReplyDelete
  49. Halo Mbak Uniek, ceritanya seru banget. Jadi penasaran sama bukunya. Coba cari ah nanti pas ke toko buku. Kalau tentang rewang, di kompleks kontrakan saya sekarang masi terasa banget rasa kekeluargaan antar tetangga, apalagi kami semua perantauan. Jadi rewang dan njagongnya ibu2 di teras rumah sambil rujakan masi sering dilakukan. Kaget juga waktu dapat kontrakan ini. Dulu dari daerah, trus pindah ke Jakarta sempat mikir bakal ketemu tetangga yang individualis. Ternyata nggak.

    ReplyDelete
  50. Indonesia memamg ya, bahkan buat penjaga toko hari libur merupakan hari wajib masuk. Mereka hanya punya libur justru hari biasa demi mengejar keuntungan penjualan ckckck. Duh, jadi fokus di gudang makanan jadi bahas ini wkwkkw, Alhamdullilah mba mba alfam*rt di Depok ramah penuh senyum meski hari libur

    ReplyDelete
  51. Keren! Jadi makin penasaran pengen baca bukunya :)

    ReplyDelete
  52. Wahhh unik unik juga ya mbakk..
    Aku kok penasaran,, pgn baca bukunya

    ReplyDelete