Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.
Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.
****
Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
(hal. 286)
(hal. 286)
Pernahkah merasakan batin terharu-biru saat membaca karya tulis seseorang dalam bentuk novel? Jujur saja, saya sering sekali mengalami hal ini. Setiap kali mulai membaca novel, saya sudah tau bakalan terseret ataupun tidak nantinya. Ya, terseret ke dalam arus cerita yang tak berhenti susul-menyusul. Seakan-akan saya berada di tengah pusaran kisah itu sendiri.
Kali ini di novel Tentang Kamu karya Tere Liye pun begitu. Mengenal Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara asal Indonesia yang bekerja di sebuah firma hukum bernama Thompson & Co, serasa meloncat imajiku ke beberapa kisah lawyer dari penulis manca negara favoritku. Ada setting tentang firma hukum dengan orang-orang terpilih seperti yang digambarkan di novel Tentang Kamu ini.
Lalu apa istimewanya si Zaman Zulkarnaen ini?
Sebenarnya porsi besar kisah tidak berada pada pemuda 30 tahunan yang mahir bela diri ini. Suatu saat Zaman mendapat job yang lumayan besar gara-gara ada salah satu klien besar firma tempatnya bekerja meninggal dunia di Paris dan mewariskan sejumlah aset berbentuk saham senilai satu miliar poundsterling. Wooww... nilai warisan yang tak terbayangkan ya jumlahnya. Gabungan kekayaan berapa ratus orang biasakah itu?
Zaman harus menghadapi kasus yang tergolong unik. Kliennya yang meninggalkan warisan dengan jumlah yang tak terbayangkan banyaknya itu ternyata bertempat tinggal di sebuah panti jompo di Paris.Yang bikin bingung adalah kenyataan bahwa tak ada satu pun surat wasiat atau pernyataan siapa ahli waris dari sang klien tersebut.
Siapakah klien yang unik ini?
Kebetulan klien yang tinggal hingga akhir hayatnya di Paris ini bernama Sri Ningsih. Dari namanya saja sudah terlihat bahwa dia berasal dari negara yang sama dengan Zaman. Ia meninggalkan warisan 1% saham perusahaan besar yang jika dikonversikan nilainya ke mata uang rupiah bakalan mencapai trilyunan. Yang kemudian menjadi misteri besarnya adalah : Sri Ningsih tidak meninggalkan wasiat apapun.
Di panti jompo yang menjadi tempat tinggal terakhirnya, satu-satunya petunjuk yang diperoleh Zaman adalah sebuah buku diary. Dari sinilah akhirnya perjalanan panjang Zaman menelusuri jejak kehidupan Sri Ningsih dimulai. Zaman mau tak mau harus merunut alur kehidupan almarhumah kliennya ini dari awal Sri Ningsih dilahirkan di bumi Sumbawa, hingga perjalanan panjang nan melelahkan yang membawa Sri Ningsih sampai di Paris untuk bersemayam hingga akhir hayatnya.
****
Non, rien de rien. Non, je ne regrette rien. Ni le bien qu'on m'a fait.
Ni le mal, tout ca m'est bien egal.
(No, nothing at all. No! I regret nothing. Not the good things people have done for me.
Nor the bad, it's all the same for me) ~ hal. 31
Novel ini amat memikat dengan setting tempat di London, Paris, Sumbawa, Surakarta, dan Jakarta. Penggambaran settingnya sungguh membuat saya terbawa ke tempat-tempat tersebut, serasa ikut menyatu dengan masa lalu Sri Ningsih. Tentang Kamu ini mengajak kita sebagai pembaca untuk mengenal lebih jauh sosok Sri Ningsih. Orang-orang dari masa lalunya memberikan gambaran yang menajamkan pandangan kita tentang bagaimana sebenarnya tokoh Sri Ningsih yang justru muncul menjadi pusat dari keseluruhan kisah yang ada di novel Tentang Kamu.
Yang paling menarik dari keseluruhan kisah ini adalah bagaimana orang dari masa kini (Zaman Zulkarnaen) ikut berpindah-pindah dari Pulau Bungin, Sumbawa menuju Surakarta. Lalu lanjut ke Jakarta, London dan berakhir di Paris. Sama persis dengan riwayat hidup Sri Ningsih, yang setelah mengepakkan sayap dan terbang kemana-mana, dia pergi dengan damai di La Cerisaie Maison de Retraite - panti jompo.
Bagaimana mungkin seorang Sri Ningsih yang digambarkan berpendidikan sebatas madrasah bisa demikian cerdik berpindah-pindah tempat tinggal dan bisa memiliki 1% saham di perusahaan multinasional yang sangat besar? Saya benar-benar dibuat penasaran oleh hal ini. Tak sabar rasanya mengikuti jalan cerita dan ingin lekas mengetahui ada apa di balik kasus wasiat Sri Ningsih yang sangat misterius, yang harus segera dipecahkan oleh Zaman Zulkarnaen dan firma hukum tempatnya bekerja, Thompson & Co. Bila mereka tidak bergerak cepat dalam waktu tertentu, harta peninggalan Sri Ningsih itu terpaksa masuk dalam kategori kekayaan negara yang dikelola oleh Ratu Inggris.
Saya amat terkesan dengan sosok Sri Ningsih yang digambarkan oleh penulis di novel ini. Meskipun dia termasuk orang dengan pendidikan yang tidak tinggi, namun dalam perjalanan hidupnya Sri Ningsih membuktikan bahwa dia termasuk orang yang berhasil mewujudkan impiannya.
Dari mengenal sosok Sri Ningsih lah saya tau bagaimana harus menguatkan kesabaran, menjaga nilai-nilai persahabatan, berketetapan hati nan teguh, serta bagaimana menahan rasa sakit secara terkendali. Benar-benar pelajaran yang luar biasa bagi kita semua tentang arti kehidupan.
****
Tentang bukunya sendiri, Tentang Kamu tampak sederhana dengan cover yang menampilkan sepasang sepatu berwarna coklat. Tadinya saya tak paham mengapa kisah seseru ini diwakili oleh sepasang sepatu. Lalu ketika tiba di halaman 96 yang menceritakan di tahun 1955, saat usia Sri Ningsih menjelang sembilan tahun,itulah terakhir kali dia melihat bapaknya. Ya, ada sesuatu seputar sepatu di balik kejadian tersebut. Sepatu dalam arti harfiah maupun sepatu yang menggambarkan panjangnya jalan yang harus ditempuh oleh Sri Ningsih di kemudian harinya.
Dalam novel ini saya hampir tidak menemukan typo. Ya kan biasanya kalau kita membaca buku dengan banyak kesalahan ketik rasanya lumayan mengganggu. Hanya di halaman 96 dan 2 kali di halaman 137 terjadi kesalahan penulisan nama Sri Ningsih menjadi Sri Rahayu. Itu tak mengapa walaupun sempat membuat saya bingung.
Jadi bagaimana, mau melewatkan kisah cantik Sri Ningsih dalam novel Tentang Kamu? Wah, sayang loh, buku ini benar-benar sayang untuk dilewatkan begitu saja :)
Paling susah buat resensi buku, kudu dibaca abis banget kemudian diceritakan singkat.
ReplyDeleteAku belum pernah baca bukunya tere liye dari awal.
Pas pameran buku kemarin ak mau beli buku ini mb, eh ndak jadi, pending dl krn budget buat yg lain :)
ReplyDeleteMakasih mb uniek buat reviewnya, novelnya ky detektif yaa mb..menyusuri sejarah kehidupan Sri Ningsih :)
Sempet penasaran sama buku ini, terus lupa. Baca resensi ini jadi penasaran lagiii, masuk daftar wajib beliii nih.
ReplyDeleteMakasii resensinya mbakk, baguuusss
sudah banayk baca resensi buku ini tapi kok ay belum beli saja
ReplyDeleteAkuuu msh blm cinta baca nih mba, jd cukup baca ceritamu aja yaa
ReplyDeleteTebal banget ya mba, suamiku srg protes kl baca novel,soalnya sering kebablasan kl lg seru, anaknya gak terurus :D
ReplyDeletePenasaraaaan, jadi kangen baca buku Tere Liye lagi.
ReplyDeleteDah lama ngga baca buku & belum pernah punya buku tere liye hihihihi bagi atu mbaa buat baca2 :D
ReplyDeleteKereeen mba resensinya...saya msh belajar buat resensi buku. Susah-susah menantang ya mba!
ReplyDeleteTtg novel ini, awalnya tertarik, tp belum jd beli lantaran udh keburu beli banyak buku, hehe. Abis baca resensi ini, jd berpikir lg utk beli novel ini nanti :D
Tere liye memang sesuwatuhhhh.. belum kesampean baca buku ini. Tiap baca resensinya jadi baper pinginn baca, huhuhu...
ReplyDeleteMbak aku follow, folbek ya :) tengkyuhhh :)
Saya termasuk pecinta karya tere liye, terutama ayahku bukan pembohong.
ReplyDeleteSepertinya bagus buku ini, sudah pegang mau beli, eh gak jadi. Harus di agendakan membaca
apapun judulnya, karya -karya tere liye yang pernah saya baca memang bisa membawa pembaca menyelami dan hanyut dalam narasi yang ada.
ReplyDeletepenasaran sama isinya, pengin baca sendiri sampa full
ReplyDelete