Klub Buku : Oemah Boekoe Emak

HAHA-HIHI PRODUKTIF VERSI KLUB BUKU “OEMAH BOEKOE EMAK”

Sebelumnya, perkenalkan kami adalah klub pecinta buku yang bernama “Oemah Boekoe Emak” di Semarang, Jawa Tengah. Kami berkumpul atas satu ketertarikan, yaitu sama-sama pelahap berbagai buku. Kami terdiri atas delapan orang, yaitu Mak Uniek, Jeng Taro (Lestari), Mak Wuri, Mak Wati, Mak Dedew, Jeng Inung, Mak Rahmi, dan Mak Winda. Berdasarkan nama panggilan, memang mayoritas kami adalah emakers aka para emak, tapi terbuka bagi calon emak juga. 

Walaupun kami sibuk mengurus rumah tangga, atau bekerja, sampai momong bocah, setidaknya membaca buku menjadi aktfitas wajib setiap hari. Kami merasa beruntung mendapatkan kesempatan mengikuti arisan buku periode I.



Berdiskusi soal buku kerap kali membuat kami lupa waktu. Tidak jarang, kami berkumpul, ketawa, sembari membahas satu atau lebih buku yang tengah mencuri perhatian. Tak hanya khusus member Oemah Boekoe Emak, beberapa emak kami ajak juga untuk gabung, sekalian kopdar komunitas menulis yang memang menjadi basic pertemanan para emak ini.

Kopdar pertama, kami mendapatkan buku Mother Keder. Pas banget! Kebanyakan anggota kami adalah pecinta buku komedi, bahkan ada beberapa member yang sudah menelurkan buku genre komedi. Buku keluaran penerbit Bukune ini mengajarkan bagaimana bercerita mengalir tanpa meninggalkan kesan kocak. Diksi yang terpilih memang istilah sehari-hari tetapi mampu memberi kesan menggelitik. Menurut kami, Vivi (nama penulis) memiliki gaya bercerita yang lugas, bahkan tidak terkesan lebay. Kami sampai garuk-garuk kepala, apa sih yang menjadi resep Vivi? Apalagi Vivi menceritakan pengalaman gokil ibundanya, yang seolah mewakili perangai emak. Sepanjang kami membaca, acap kali berceletuk, “Ini cerita emak gue banget!” Padahal, kami terkadang juga seperti emaknya si Vivi sih, hihi. 

Bulan berikutnya, buku karya Dahlian meluncur ke rumah koordinator. Kami pun kembali berkumpul seraya berbagi pendapat soal buku berjudul Andai Kau Tahu. Menurut kami, novel romance terbitan GagasMedia ini terbilang ringan. Kami dapat membaca sembari memasak, mengetik kerjaan, sampai mengejar bocah, tanpa meninggalkan pesan cerita. Walaupun ada beberapa aktifitas yang kurang kami setujui, misalnya ketika Tania kabur dari rumah dan memilih menetap di rumah pacarnya, Hendrik. Tetapi, novel ini mengajarkan kami bagaimana tema yang sudah umum, tetap terlihat menarik. Cerita sederhana mulai perjodohan, lelaki pilihan yang jelek, atau kabur dari rumah, tetapi novel ini memiliki daya tarik dari segi penceritaannya. Paling suka, kalimat langsung tokoh yang sesekali menggelitik. 


Akhirnya buku Last Minute In Manhattan meluncur ke klub buku kami. Kami sangat familiar dengan buku seri Setiap Kota Punya Cerita (SKPC). Ada penekanan pada kota yang tengah penulis angkat. Apalagi kami adalah emak hobi travelling, eh, backpacker biar murah, ups. Setidaknya membaca novel ini dapat memberi gambaran mendetail seputar kota Manhattan, mulai pakaian, suasana, dll. Dari segi cerita yang memuat tentang move one, secara tidak langsung mengajarkan pembaca bagaimana cara mengenyahkan mantan. Walaupun terkadang, proses berpindah hati itu bertemu dengan lelaki diluar idaman. 

Pada bulan Desember ini, nama klub buku kami baru keluar dari kocokan. Ada buku Cruise Chronicle sebagai jatah kami. Seru rasanya mendapatkan novel cinta berbalut mistis.

Kami belajar bagaimana penulis membangun konflik, ketegangan, hingga diksi. Semoga, suatu saat kami bisa mengikuti jejak Ruwi Meita, aamiin *nyomot toa. Menjadi member arisan buku membuat kami sharing isi buku dari berbagai genre. Kami belajar bagaimana penulis mengambil ide, penulisan, plot, sampai penokohan. Ah, semoga arisan ini terus berlanjut dengan Oemah Boekoe yaaa…


Uniek Kaswarganti

Mom of two lovely kids, loves reading so much especially on fiction. She prefers listening Bobby Caldwell, Phil Collins, The Corrs and KLa Project while enjoying her loneliness.

No comments:

Post a Comment