Wonderful Life : Semua Anak Terlahir Sempurna




Setiap kali anak kita dibanding-bandingkan dengan anak yang lain, kira-kira bagaimana perasaaan kita?

"Itu anakmu kok belum bisa nyelesaiin catatannya, menulisnya masih lambat ya?"

"Anak seumuran anakmu sudah pada lancar ngajinya, ini kok anakmu Iqro' aja masih sampe tengah-tengah?"

"Pelajaran matematika itu momok banget ya. Hampir semua anak parno sama matematika. Tapi anakku nggak loh. Dia nilai matematikanya 100 terus. Mungkin anakmu belajar sama anakku saja biar nilainya nggak jelek melulu kayak gitu."

Aaarrggghh... mulai dari yang bernada sopan hingga yang menghakimi secara terus terang, tentu saja beberapa ucapan di atas pernah dirasakan oleh sebagian besar orang tua yang anak-anaknya dianggap memiliki kelemahan dalam hal belajar.
Semua anak terlahir sempurna



Film berjudul Wonderful Life karya sutradara Agus Makkie ini diangkat dari kisah nyata Amalia Prabowo yang sebelumnya telah dicetak ke dalam sebuah buku dengan judul yang sama. Amalia merupakan representasi sosok wanita eksekutif yang karirnya sedang ada di puncaknya. Sebagai seorang CEO perusahaan advertising, Amalia selalu dituntut untuk bekerja keras dan mengejar target agar hasilnya sempurna bagi klien-klien perusahaannya.

Kehidupan pribadi Amalia yang sejak kecil penuh tuntutan dari sang bapak membuatnya hanya tau bahwa semua orang itu harus pandai. Pandai yang terukur melalui kaca mata khusus : pintar membaca, pandai berhitung, nilai-nilai pelajaran di sekolah mengagumkan.

Oleh karena itu saat Aqil, putra sulungnya, menunjukkan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, Amalia begitu terpukul. Tekanan dari kakek Aqil (bapak Amalia) yang menyatakan bahwa Aqil itu otaknya bermasalah, harus disembuhkan, tentu saja membuat Amalia begitu stress. Dia sampai bingung harus bagaimana lagi mengatasi problema yang dihadapi oleh putra sulungnya itu.

Penasaran seperti apa filmnya? Bentar, kita lihat dulu ya trailer #wonderfullifemovie berikut ini :




Film ini tayang perdana serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 13 Oktober 2016 yang lalu. Dibintangi aktris cantik Atiqah Hasiholan yang memerankan dengan sempurna sosok Amalia #perempuanwonderful, ibu muda yang ambisius dalam berkarir. Pekerjaannya sebagai seorang CEO membuat waktunya terkuras habis untuk menangani berbagai permasalahan kerja. Dan ketika mendapati anaknya tak juga kunjung dapat membaca di usia delapan tahun, dunianya terasa runtuh.

Disleksia itu tidak bisa disembuhkan.
Ibu hanya perlu menjadi teman bagi putra Ibu tersebut.

Berbagai konsultasi dan pengobatan dilakukannya, ya ke terapis, ahli pengobatan herbal, sampai para dukun. Akal sehatnya mulai terkalahkan oleh ambisi untuk menyembuhkan penyakit anaknya meskipun para ahli terapi sudah memberi masukan bahwa disleksia yang diderita oleh Aqil itu bukan untuk dilawan. Amalia bertekad untuk menyembuhkan Aqil. Dia beranggapan bahwa ketidakmampuan Aqil dalam prestasi belajar itu bisa disembuhkan. 

Justru di waktu bersamaan dengan perjalanannya ke luar kota untuk penyembuhan Aqil ini, job besar di kantornya menuntut konsentrasi Amalia. Segala keputusan menunggu ACCnya, padahal dalam perjalanan tersebut sering Amalia menghadapi kondisi tidak ada sinyal internet, bahkan untuk bercakap-cakap lewat handphone saja susah karena harus menembus pelosok desa.

Berbekal list para ahli herbal dan dukun yang dibawanya dari Jakarta, Amalia melakukan perjalanan jauh demi 'kesembuhan' Aqil. Entah memang mengharapkan kesembuhan Aqil secara tuntas atau ada misi lain yang diemban oleh Amalia, sampai-sampai dia nekat cuti dari pekerjaannya dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Berdua saja dengan Aqil, Amalia menelusuri berbagai tempat di Jawa yang ada di dalam list tadi.

Beberapa kali 'ahli' yang didatangi oleh Amalia telah memberikan masukan bahwa Aqil hanya butuh beraktivitas yang wajar, sewajarnya yang dilakukan oleh anak berusia 8 tahun. Dunia bermain  dan imajinasi yang sesuai dengan perkembangan usianya. Namun rupanya sifat keras kepala yang dimiliki Amalia membuatnya makin menggebu-gebu untuk menemukan solusi atas 'kelainan' Aqil.

Lalu bagaimanakah kelanjutannya? Apakah kemudian 'penyakit' Aqil dapat disembuhkan?


Disleksia merupakan salah satu jenis gangguan atau kesulitan belajar yang umumnya mempengaruhi kemampuan membaca serta pengejaan seseorang (alodokter.com). Adapun penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Gejala disleksia itu bervariasi dan tidak sama pada setiap penderitanya sehingga sulit dikenali. Biasanya anak akan ketahuan mengalami disleksia jika sudah masuk usia sekolah. Dia akan susah mengingat bentuk huruf, terbalik-balik dalam mengingat sesuatu, bahkan ada juga yang kemampuan dalam memahami suara juga rendah. 

Pada film ini gejala-gejala disleksia digambarkan secara lugas. Bagaimana Aqil tidak mampu untuk sekedar menutup resleting tasnya hingga bukunya berhamburan kemana-mana dan dia dengan begitu cueknya membiarkan hal ini terjadi tanpa sadar apa yang terjadi. Begitu juga saat Aqil dipaksa ibunya untuk belajar, dia begitu tertekan saat membuka buku dan huruf-huruf yang ada di buku tersebut seperti berlarian tak tentu arah. Semua tampak terbalik-balik.


Film ini benar-benar bermanfaat bagi para orang tua, ataupun calon orang tua, yang sudah sepantasnya memiliki pengetahuan seputar disleksia. Tentu saja bukan berharap nanti akan mendapatkan anak dengan disleksia, namun paling tidak bisa memahami perjuangan dari orang tua dalam mengawal perkembangan putra-putri yang memiliki keistimewaan yang satu ini.

Disleksia itu bukan berarti anak tersebut tidak memiliki kecerdasan loh. Apa yang dialami Aqil menunjukkan bahwa seorang anak yang menyandang disleksia bisa berprestasi dengan luar biasa asalkan orang tuanya sabar mencarikan 'jalan yang benar' bagi anaknya untuk menemukan #wonderfullife.

Gimana teman, masih menganggap penilaian instan terhadap kemampuan akademik seorang anak itu adalah segala-galanya? Wajib nonton film ini dulu deh bila masih menganggap anak yang pintar di sekolah itu adalah satu-satunya standar anak yang terlahir sempurna.


#bewonderfulmovement  #sariayubewonderful

Uniek Kaswarganti

Mom of two lovely kids, loves reading so much especially on fiction. She prefers listening Bobby Caldwell, Phil Collins, The Corrs and KLa Project while enjoying her loneliness.

13 comments:

  1. terkadang, jangankan anak kita punya keistimewaan seberat disleksia, hanya punya keistimewaan sedikitttt saja kita sudah ngeluh2...#tepokjidatsendiri

    ReplyDelete
  2. Itu peran ug dibaaawakan Atiqah hasiholaan megaangn banget mbaak. Jadi, disleksian bukan berarti penyakit ya mbak. Hal itu bisa disemmbuhkan dengan porsi yang cukup utk mereka anaka disleksia ya mbak Niek...

    ReplyDelete
  3. Setelah nonton film ini, jadi semakin sayang sama orang tua dan anak yaa mba :)

    ReplyDelete
  4. Setelah nonton film ini, jadi semakin sayang sama orang tua dan anak yaa mba :)

    ReplyDelete
  5. Yup, setuju. Setiap anak juga terlahir unik dan berbeda. Tak ada yang sama.
    Kita sebagai orang tua yang harus menemukannya. Caranya hanya satu, belajar mencari tahu, terus dan terus sepanjang waktu.

    Percayalah, HASIL tidak akan pernah mengKhianati kerja keras!

    ReplyDelete
  6. Film ini self reminder buat para orangtua ( pastinya termasuk saya )

    ReplyDelete
  7. Film ini self reminder buat para orangtua ( pastinya termasuk saya )

    ReplyDelete
  8. Sayang belum sempet nonton aku, pas mau nonton, eh, di Jogja udah ga ada. Seminggu doang di bioskop. :(

    ReplyDelete
  9. Kadang ada orangtua yang menyembunyikan anaknya karena dianggap kurang sempurna.
    Padahal di antara ketidakempurnaan fisiknya ada kelebihan yang lainnya
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
  10. Saya nangis terus nonton film ini :D

    ReplyDelete
  11. anak disleksia juga bisa sukses. sabtu keamrin sekolah nyewa satu studio nih mbak buat nobar

    ReplyDelete
  12. Anak-anak tuh memiliki sisi uniknya sendiri, kita nggak bisa menuntut ini itu ya mbak.

    ReplyDelete
  13. Jadi penasaran sama filmnya, penasaran bagaimana cara Amalia menyikapi rasa tertekan ini. :(

    ReplyDelete